Rabu, 24 November 2010

Yang penting Happy ..

Memasuki akhir bulan atau bertemu lagi dengan hari Senin, jadi hal yang banyak tak disukai orang. Wajah cemberut, lesu, tak semangat, bermalasan, seakan jadi pemandangan biasa, plus slogan “I don’t like Monday” menjadi kata mutiara yang membekas di hati dan pikiran. Ada perasaan enggan untuk meninggalkan hura-hura di akhir pekan atau suntuk menghadapi keuangan yang mulai menipis.

dwbhKita sering lupa bahwa dengan memulai minggu bersama senyum dan tawa, sebuah pekan yang bahagia telah menanti kita untuk dihabiskan dengan ceria. Kuatir dan cemas akan menghadapi masalah yang seakan datang bertubi-tubi dan tak ada habisnya, tentu saja tidak akan menjadikannya solusi ampuh. Mengapa kita tidak bagi saja aura positif ini ke sekitar kita? Nikmati hari-hari dengan mereka yang tersayang, keluarga-teman-atau mungkin orang yang kita baru saja temui? Bisa saja dengan canda tawa, kita bisa merubah hidup seseorang atau bahkan menyembuhkannya dari sakit yang mendalam. Wow!

Mark Twain, penulis ternama, pernah berkata, “Cara terbaik menyenangkan hati adalah dengan menyenangkan hati orang lain.” Berhentilah bercemas diri, kawan! Kita hepi-hepi di sini dan dunia pun akan bahagia bersama kita! Yippie! :)



Jumat, 12 November 2010

Gaul Jadul ala Bandung

Nongkrong di kafe sambil ber-Wifi ria, naik sepeda fixie keliling kota dan nge-twit dengan HP atau smart phonemu. Ini adalah beberapa dari sederet kegiatan gaul yang dilakukan oleh anak muda Bandung masa kini. Setiap akhir pekan datang, mal, bioskop, klub, pertunjukkan musik, menjadi tempat pilihan kawula muda abad 21 untuk bersenang-senang bersama kawan-kawan. Terkadang, melintas di pikiran, “Apa ya yang jadi tren gaul anak Bandung zaman dulu? Yah, 50 tahun yang lalu misalnya?” Nah, bandungreview.com melakukan satu riset jadul tentang apa saja yang jadi kesukaan anak gaul Bandung di era 60-an, dan cek beberapa yang masuk daftar teratas kita.

Sepeda berbayar

Jika kini naik sepeda kembali menjadi tren gaul dan gaya hidup sehat di kalangan anak muda, sebenarnya tren ini sudah ada sejak dahulu kala. Yang unik, dulu bersepeda tidak jadi sebuah alternatif kendaraan murah karena ternyata sepeda jadul di era 60-an harus membayar pajak khusus yang nilainya cukup menguras kantong bagi anak-anak muda masa lampau. Tak jarang mereka harus super irit, menghemat uang jajan demi membayar pajak sepeda, yang populer disebut “peneng” ini. Sebagai tanda bayar pajak, akan ditempelkan stiker di sepeda tersebut. Bagi mereka yang bandel, seringkali mangkir membayar dan kucing-kucingan dengan aparat (hmmm..kelakuan yang ini sih masih sering terjadi sampai sekarang hehehe). Untungnya, kini pajak semacam ini berlaku bagi kendaraan bermotor saja, yang nota bene lebih mahal dari sepeda tentu saja.

Tukeran, yuks!

Kalau tahun 2010, anak-anak muda Bandung senang berkumpul rame-rame lalu datang ke konser musik atau melakukan aksi unik lewat flash mob dan freeze mob. Nah di era 60-an, yang jadi hits adalah...ngumpul di Balai Kota dan tukeran logo! Logo di sini bukan logo sembarangan, lho. Dahulu koran-koran sering memuat logo-logo perusahaan terkenal di halaman mereka dan digelar kontes mengumpulkan sejumlah logo tertentu untuk memperebutkan hadiah menarik. Anak-anak muda yang mengincar kemenangan, memutuskan untuk saling menukar logo yang mereka punya ketimbang berburu logo dengan membeli lebih banyak koran, yang berarti merogoh kocek lebih dalam. Selain itu, acara kumpul logo ini bisa jadi ajang perkenalan dengan teman-teman atau mungkin calon pacar baru (ehm..). Jika di era 90-an, sempat booming stiker Panini dengan aneka edisi, mulai dari NBA, Smurf, dan lain-lain; nah kira-kira kegiatan ini mirip seperti itu. Lalu, mengapa harus kumpul di Balai Kota? Yah, ini semata-mata karena Balai Kota menjadi semacam pusat gaul pada jaman baheula. Maklum, mall masih ada dalam mimpi dan angan-angan saat itu :).

Pilihlah aku

Tahukah kamu kalau di era 60-an para neng geulis di Bandung terobsesi buat ikut Miss University? Yap, ini adalah ajang bergengsi untuk menunjukkan 3B (beauty-brain-behavior) dan bakat membanggakan untuk mendapatkan gelar bergengsi, yang memang hanya digelar oleh universitas ternama seperti ITB dan Unpad. Yang lebih hebat lagi, meskipun tidak disorot habis-habisan oleh media elektronik seperti kontes kecantikan masa kini, event ini tetap berjaya menyedot banyak perhatian anak muda dan masyarakat luas waktu itu.

Wow, ternyata sudah setengah abad berlalu, anak muda Bandung tetap kreatif seperti jaman dahulu kala. Nah, apa ya yang kira-kira bisa kita bikin buat tren anak gaul Bandung yang bakal eksis diceritain anak cucu kita nanti? (RA)

Sumber : www.bandungreview.com